Wabah Pandemic Yang Terjadi Tiap 100 Tahun |
ID-INFO.ID – Virus Corona (Covid-19) yang saat ini mewabah di seluruh
dunia. Tercatat hingga hari ini (21/3/20), angka orang yang terinfeksi Covid-19
mencapai 242.713 pasien di 162 negara, dan 9.867 orang dinyatakan meninggal
serta 84.962 orang sudah dinyatakan sembuh dari wabah ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sendiri telah mengumumkan pandemi virus corona, menyusul penyebaran SARS-CoV-2
yang semakin meluas di sejumlah negara di dunia.
Menilik kebelakang, ternyata dalam
sejarahnya, entah kebetulan atau tidak, kejadian wabah atau pandemi luar biasa
besar yang melanda dunia terjadi setiap abad atau 100 tahun sekali.
Apa saja kasus wabah pandemic yang
sempat menjadi bencana tiap 100 tahun sekali di seluruh dunia?
Berikut listnya
Wabah The Black Death (1920)
Ilustrasi Wabah Pes atau "The Black Death" yang terjadi di tahun 1920 |
Sebada lalu, wabah yang menewaskan
ribuan orang pernah terjadi. Wabah pes atau yang dalam penamaan orang Jawa
pedesaan disebut pageblug jrong pernah terjadi di kisaran tahun 1920-an atau
seabad lalu. Saat itu penyakit pes yang disebarkan oleh tikus mewabah di Jawa,
termasuk kawasan Solo dan sekitarnya.
Dalam catatan sejarah, dr Cipto
Mangunkusumo dengan gagah berani terjun sendirian menangani wabah pes di
Malang, Jatim. Berhasil menangani wabah tersebut di Malang, Cipto ingin
melakukan hal serupa di Solo yang juga terkena jrong di waktu yang lebih
belakangan. Namun keinginan tersebut Cipto dihadang oleh Belanda.
Jauh sebelum pes menyerang Jawa,
penyakit ini jadi ancaman di Eropa. Orang-orang menyebutnya dengan The Black
Death. Nama yang merupakan terjemahan dari bahasa Latin atra mortem ini muncul
dari gejala yang dialami penderita. Kulit mereka menghitam, biasanya di bagian
jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung. Kehitaman itu muncul akibat adanya
jaringan yang mati.
Dilansir dari laman Historia.id,
ketika mewabah pada abad ke-14, Black Death membunuh 50 juta orang. Dengan kata
lain, mengurangi 60 persen populasi Eropa.
Pes disebabkan oleh bakteri yersinia
pestis yang terdapat dalam kutu tikus, khususnya tikus hitam yang suka tinggal
di dekat manusia. Sebagian kalangan berpendapat bahwa pes di Eropa terbawa
masuk lewat perdagangan di jalur sutra. Pendapat ini dibantah sejarawan
Norwegia Ole Jorgen Benedictow dalam bukunya The Black Death, 1346-1353.
Menurutnya, pes tidak masuk lewat Tiongkok namun muncul dari dekat Laut Kaspia,
selatan Rusia (kini masuk wilayah Ukraina), pada musim semi 1346.
Masih di sekitar tahun 1920-an, atau
lebih tepatnya tahun 1918, Flu Spanyol mengguncang dunia. Tidak ada negara yang
luput dari serangannya. Pandemi influenza itu membunuh jutaan orang. Flu
Spanyol telah menewaskan lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia, termasuk
670 ribu orang di Amerika Serikat.
Dahsyatnya serangan wabah ini
membuat virologis Amerika Serikat Jeffery Taubenberger menyebut Flu Spanyol
sebagai “The Mother of All Pandemics.”
Beberapa kasus yang pertama kali
terdeteksi adalah tentara di Camp Funston di Fort Riley, Kansas. Pada Oktober
1918, flu itu sudah membunuh sekitar 195 ribu orang Amerika. Bahkan pandemi ini
menurunkan harapan hidup rata-rata di AS lebih dari 12 tahun.
Wabah
Kolera (1820)
Kondisi pasien wabah kolera di Sudan, Afrika |
Tahun
1820, sebuah pandemi kolera terjadi, Awal mula kemunculannya dimulai dekat kota
Calcutta lalu kemudian menyebar ke seluruh Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika
Timur, hingga pantai Mediterania.
Ratusan
ribu orang tewas akibat pandemi ini termasuk banyak tentara Inggris yang
kemudian menarik perhatian Eropa. Pandemi ini menyebar hampir di seluruh
negara-negara Asia termasuk Indonesia. Pada tahun 1820 tercatat lebih dari
100.000 kematian di Asia disebabkan oleh bakteri ini.
Pandemik
ini dimulai dari orang-orang yang minum air yang terkontaminasi bakteri ini.
Asal dari endemik ini adalah dari Sungai Gangga. Pada saat festival, para
peziarah tertular penyakit di sana dan membawanya ke tempat-tempat lainnya di
India saat mereka kembali.
Total
kematian akibat epidemi ini di seluruh dunia masih belum dapat dipastikan
dengan jelas. Namun beberapa ahli memperkirakan bahwa untuk di Bangkok,
Thailand kemungkinan terjadi 30.000 kematian akibat penyakit ini.
Menurut
buku Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia yang diterbitkan Departemen
Kesehatan, penyakit kolera menyerang usus besar ini ditandai dengan gejala
muntah-muntah dan buang air besar yang hebat. Penderita kolera dapat mengalami
kematian dalam beberapa jam apabila tak mendapat penanganan secara serius.
Wabah
The Great Plague Of Marseille (1720)
Wabah The Great Plague Maseille pada tahun 1720 |
Pada
tahun 1720 sebuah wabah muncul dengan sekala besar yang disebut penyakit pes
atau dikenal dengan The Great Plague of Marseille.
Catatan
menunjukkan bahwa penyakit ini membunuh sekitar 100 ribu orang di Marseille,
Prancis pada saat itu.
Sementara
50.000 korban lainnya tewas selama 2 tahun berikutnya dan 50.000 korban lainnya
lagi berasal dari utara provinsi dan juga kota-kota di sekitarnya.
Tentu
saja ini merupakan jumlah korban jiwa yang sangat besar pada masa itu, di mana
populasi manusia khususnya di Eropa masih belum begitu banyak.
Pandemi
ini dimulai ketika kapal dagang bernama Grand-Saint-Antoine berlabuh di
pelabuhan Marseille dari Levant. Kapal yang berangkat dari Sidon di Lebanon,
setelah sebelumnya mengunjungi Smyrna, Tripoli, dan Siprus ini rupanya membawa
Yersinia pestis. Yersinia pestis adalah organisme anaerob fakultatif yang
menginfeksi manusia melalui kutu tikus Oriental.
Korban
pertama dari wabah ini diduga adalah seorang penumpang Turki yang terinfeksi
dan tewas di kapal Grand-Saint-Antoine diikuti dengan meninggalkan sejumlah
awak kapal yang lainnya.
Sebenarnya
ketika sampai di pelabuhan Marseille, para penumpang kapal segera dikarantina
oleh otoritas pelabuhan. Tetapi ternyata beberapa hari kemudian penyakit itu
merebak hingga ke kota. Rumah sakit dipenuhi dengan pasien yang tertular.
Dokter dan perawat kewalahan dengan semakin meningkatnya jumlah orang yang
tertular. Ribuan mayat berserakan di jalan-jalan. Kepanikan segera melanda
seluruh kota.
Salah
satu upaya yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran yaitu dengan membangun
tembok pemisah atau mur de la peste. Tembok ini terbuat dari batu kering
setinggi 2 meter dan tebal 70 cm. Sisa-sisa dari tembok ini masih dapat
ditemukan sampai sekarang.
Meskipun
jumlah kematiannya besar, wabah ini pulih dengan cepat dan aktivitas ekonomi
pulih dalam beberapa tahun karena perdagangan Hindia Barat dan Amerika Latin.
ayo daftarkan diri anda di a*g*e*n*3*6*5 :D
BalasHapusWA : +85587781483