Breaking News

Post Top Ad

Hosting Unlimited Indonesia

Rabu, 24 Juni 2020

Heboh Ada Penderita Syndrome TikTok, Ini Kata Psikolog!




ID-INFO.IDBeberapa waktu lalu, publik sempat dikejutkan dengan beredarnya sebuah video seorang remaja berusia 18 tahun yang mengaku mengalami TikTok Syndrome.

Video berdurasi 1.10 menit tersebut berisikan pernyataan Kesar tentang peristiwa aneh yang dialaminya.

Dalam video yang dibagikan akun @kesarnst di laman Instagram, ia menuturkan bahwa ketertarikannya pada TikTok membuatnya ketagihan.

Ia juga mengaku tubuhnya mendadak suka bergerak sendiri tanpa bisa dikontrol, termasuk saat tidur.



"Saya harus minum obat dua kali sehari untuk meditasi agar tubuh saya tidak bergerak-gerak terus. Dokter menyarankan agar saya mengurangi main TikTok," kata Kesar dalam video tersebut.

Mengetahui hal tersebut, psikolog sekaligus pendiri Mindtricks Persada Indonesia, Mazdha Ariefriyendho, M.Psi memberikan tanggapannya terkait kecanduan seseorang terhadap media sosial, seperti TikTok.

"Hingga saat ini belum ada riset yang menunjukkan bahwa adiksi media sosial seperti TikTok bisa menyebabkan kegilaan bagi para penggunanya," kata psikolog, Mazdha Ariefriyendho, M.Psi saat dilansir dari Indozone.

Dalam beberapa kasus, seseorang yang mengalami adiksi akut dalam jangka waktu yang lama bisa mengalami berbagai macam gangguan. Misalnya, penurunan kepercayaan diri, gangguan tidur, kecemasan hingga depresi.

Padahal tujuan sebelumnya hanya ingin menunjukkan aktualisasi diri melalui platform seperti TikTok.

"Secara garis besar, media sosial seperti TikTok memberikan dampak positif maupun negatif pada setiap penggunanya, tergantung bagaimana pemanfaatannya. Namun, TikTok Syndrom seperti yang dialami remaja tersebut belum ada riset mendalamnya," ujarnya.

Apabila gejala yang dirasakan telah mengganggu aktivitas ada baiknya mulai mengurangi bahkan berhenti memainkannya alias sosial media detox.

"Pengguna bisa beristirahat sejenak dan mempertimbangkan tata cara bermain platform digital seperti TikTok," tambahnya.

Saat fisik dan mental sudah stabil, pengguna bisa aktif kembali bermain TikTok, namun dengan porsi yang lebih terkontrol. Misalnya memilih konten-konten inspiratif bukan hanya sekadar hiburan semata tanpa ada manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

loading...

Pages