ID-INFO.ID - Jumlah kasus positif infeksi virus corona di Indonesia terus
bertambah. Per Rabu (8/4/2020), kasus positif infeksi Covid-19 di Indonesia
mencapai 2.956 orang, 240 meninggal, dan 222 pasien berhasil
sembuh.
Pengujian deteksi infeksi
Covid-19 bagi masyarakat secara luas merupakan salah satu kunci penanganan
wabah virus corona yang telah menjangkiti ratusan negara hingga saat ini.
Pengujian ini menjadi penting karena dapat membantu layanan kesehatan
menyiapkan perawatan yang diperlukan.
Selain itu, tes tersebut
juga diperlukan untuk menjadi pedoman bagi pembuat kebijakan mengenai langkah
yang harus dilakukan.
Ada berbagai jenis tes
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang telah terpapar virus
corona atau tidak.
Di Indonesia sendiri,
setidaknya ada tiga jenis tes virus corona, baik yang telah maupun yang
direncanakan akan digunakan oleh pemerintah, yaitu melalui rapid test,
PCR, dan TB-TCM. Berikut adalah rincian dari masing-masing jenis tes tersebut:
Rapid Test
Beberapa waktu lalu, ratusan ribu
alat rapid test mulai didatangkan dan didistribusikan ke wilayah-wilayah
Indonesia dari luar negeri. Adapun tes ini dilakukan dengan cara
mengambil sampel darah dari seseorang yang diuji.
"Caranya,
individu diambil darahnya. Pengambilan ini dilakukan dari darah kapiler atau
bisa juga dari ujung jari kemudian (sampel darah itu) diperiksa" ujar
Bambang galam konferensi pers di Graha BNPB, Selasa (7/4/2020). Rapid
test sendiri hanya memerlukan waktu sekitar 10-15 menit hingga hasil
keluar. Melansir Kompas.com (28/3/2020), alat rapid
test menguji antibodi SARS-CoV-2, Immunoglobulin G (IgG) dan
Immunoglobulin M (IgM), yang terdapat dalam sampel darah.
Saat
sampel darah masuk antibodi IgG dan/atau IgM yang terdapat dalam darah akan
bereaksi dan memunculkan warna pada alat rapid test.
Metode
ini disebut sebagai Lateral Flow Assay. Namun, hasil rapid test dapat
menunjukkan hasil negatif palsu apabila orang yang dites berada
dalam window period infeksi. Sebab, saat belum menunjukkan gejala
atau berada dalam periode inkubasi, IgG atau IgM belum dideteksi
oleh rapid test.
Oleh
karena itu, ODP yang pernah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi harus
menunggu dua minggu hingga munculnya gejala sebelum melakukan rapid
test. Saat IgM positif dan IgG negatif, menunjukan pasien memasuki fase
awal infeksi. Sedangkan saat IgM dan IgG menunjukkan hasil positif, artinya
pasien berada dalam fase infeksi aktif.
Terakhir,
apabila hasil IgM negatif dan IgG positif menunjukkan fase akhir infeksi atau
ada kemungkinan bahwa pasien tersebut sudah pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan
sembuh.
PCR (Polymerase Chain Reaction)
Selain rapid
test, Kementerian Kesehatan juga menyebut metode lain
dalam screening pasien terduga positif Covid-19, yaitu melalui metode
PCR. Mengutip Kompas.com (3/4/2020), tes PCR ini diharapkan menjadi
solusi akurat untuk menguji infeksi virus corona.
Sebab,
menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Profesor Amin
Soebandrio, rapid test hanya menguji antibodi pasien. Tingkat sensitivitas rapid
test dalam menguji virus hanya sekitar 70 persen meskipun sebagian juga
menyebut sensitivitasnya dapat mencapai 90 persen.
Hingga
kini, metode PCR disebut sebagai metode yang paling akurat dalam mendeteksi
virus SARS-CoV-2 ini. Adapun tes PCR dilakukan dengan tes swab atau
mengambil sampel dari hidung atau tenggorokan pasien dan mengirimnya ke
laboratorium.
Kemudian,
akan diperiksa menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Hasil tes PCR sendiri memerlukan waktu lebih lama dari rapid
test. Umumnya, metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa
hari untuk menunjukkan hasil.
Namun,
hasil dapat keluar lebih lama apabila kapasitas laboratorium yang digunakan
untuk memeriksa sampel sudah penuh.
TCM (Tes Cepat Molekuler)
Beberapa
waktu lalu, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad
Yurianto memastikan bahwa pemerintah akan memperbanyak fasilitas pengujian
untuk pemeriksaan pasien terduga Covid-19.
Adapun
langkah yang akan dilakukan adalah dengan aktivasi mesin TB-TCM yang
dikonversikan agar dapat digunakan sebagai alat pemeriksaan Covid-19.
Sebelumnya, tes ini digunakan pada penyakit tuberkulosis (TB), yiatu
berdasarkan pemeriksaan molekuler.
Metode
dari tes ini adalah melalui dahak dengan amplifikasi asam nukleat
berbasis cartridge. Hasil dari TCM terbilang cepat, yaitu dalam
waktu kurang lebih dua jam. Yuri menyebut, Indonesia saat ini memiliki
956 mesin TB-TCM tetapi hanya 305 yang kompatibel untuk memeriksa Covid-19.
Namun
demikian, mesin-mesin tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi Covid-19
apabila telah dikonversi. Cartridge menjadi elemen penting untuk melakukan
konversi ini. Untuk itu, kata Yuri, Indonesia berencana memesan
160.000 cartridge dari Swedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar