ID-INFO.ID - Angka pasien positif Covid-19 di Indonesia kemarin
(18/3/20) mencapai 227 kasus dengan 19 kematian dan 11 pasien sembuh. Jumlah
tersebut mengejutkan masyarakat, apalagi Indonesia disebut sebagai negara
dengan presentase kematian tertinggi yaitu mencapai 8,37 persen, melebihi
Italia yang 8,34 persen.
Melihat presentase
kematian seperti itu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, merasa tidak
terkejut. Menurut dia, permasalahan utamanya adalah besar kemungkinan Indonesia
mengalami under-diagnosis.
Bila lebih banyak kasus
bergejala ringan ditemukan, tentu presentase kematian akan menurun. "Jadi,
ada kasus infeksi Covid-19 yang tidak terdeteksi atau terdiagnosis.
Mungkin karena sakitnya
ringan, mungkin karena RS atau dokternya belum aware kalau itu kemungkinan
Covid-19, dan sebab lain. Sebagian di antara yang tidak terdiagnosis ini juga
mungkin meninggal," kata Panji, Rabu (18/3/20).
Oleh sebab itu, menjadi
besar kemungkinan angka dipenyebut atau jumlah kasus terlalu kecil, sehingga
presentase kematian dengan jumlah kasus menjadi tinggi angkanya.
"Jadi proporsi yang
meninggal saya rasa enggak setinggi itu. Dengan kata lain, angka kematian
tinggi mungkin bukan karena virusnya lebih ganas, tapi kitanya yang kurang
"ganas" mencari orang-orang yang sakit Covid-19," ujarnya.
Panji pun menambahkan
bahwa pada saat ini, kita tidak mengetahui secara pasti dan terperinci tentang
hal-hal atau indikator yang berkaitan, dan tidak ada angka yang benar bisa
diandalkan.
Panji menuturkan bahwa
tren ke depannya, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 akan meningkat, bahkan
bisa jadi pesat jumlahnya. Akan tetapi, perihal kematian, masih banyak faktor
yang membuat angka prevalensi kematian akibat virus SARS-COV-2 ini terjadi.
Setidaknya Panji
menyebutkan bahwa ada tiga hal yang bisa menjadi faktor kunci untuk menekan
prevalensi kematian akibat Covid-19 ini. Pertama, tergantung apakah kelompok
yang punya risiko meninggal lebih tinggi akan banyak yang sakit, misalnya
lansia.
"Kalau lansia banyak
yang sakit, ya angka kematian bisa tinggi," kata dia.
Kedua, tergantung
secepat apa pasien ditangani. Hal ini juga tergantung secepat apa Indonesia
bisa mendiagnosis pasien. Semakin cepat terdiagnosis, maka kemungkinan kematian
bisa dihindari semakin tinggi. Ketiga, tergantung seberapa kewalahan sistem
kesehatan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar