Breaking News

Post Top Ad

Hosting Unlimited Indonesia

Selasa, 25 Februari 2020

5 Fakta Mengenai Rokok di Indonesia




INFO.ID – Sudah merupakan rahasia umum bahwa merokok merupakan salah satu kegiatan yang mengundang pro dan kontra dikalangan masyarakat maupun kalangan peneliti. Akan tetapi berdasarkan data kesehatan milik WHO, sedikitnya tujuh juta orang meninggal setiap tahunnya di dunia karena konsumsi tembakau. Ini menjadi salah satu alasan digalang aksi protes mengenai rokok di seluruh dunia.

WHO juga menyebutkan bahwa jumlah  perokok di dunia akan terus bertambah tiap harinya. Dan dit tahun 2025, diprediksi akan  ada 10 juta kematian tiap tahunnya akibat rokok.

Di Indonesia sendiri, terdapat 3,9 juta anak di usia 10 dan 14 tahun yang jadi perokok setiap tahun, itu baru satu fakta miris soal perokok di Indonesia. Padahal, rokok bisa mengakibatkan berbagai penyakit, seperti penyakit jantung dan kanker paru-paru. 
Berikut ini adalah 5 fakta Mengenai Rokok yang INFO.ID rangkum dari Berbagai Sumber

1. Dana Rp6,5 triliun untuk 7 juta kasus penyakit jantung


Berdasarkan data BPJS, negara menggelontorkan dana Rp6,5 trilium pada periode Januari-September 2017 untuk membiayai 7 juta kasus penyakit jantung di Indonesia. Jumlah kasus penyakit jantung pada 2017 bertambah bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada 2016 yang hanya 6,5 juta kasus. Fakta ini menunjukkan penyakit jantung menempati peringkat tertinggi pembiayaan penyakit karastropik di Indonesia.

2. Produk tembakau lain sama berbahayanya dengan rokok

Produk olahan tembakau tidak hanya rokok saja yang berbahaya. Bidis, cerutu dan shisha pun memiliki dampak penyakit kardiovaskular akut yang sama dengan rokok, termasuk penyempitan pembuluh darah jantung, meningkatnya denyut jantung, dan curah jantung. Selama ini masyarakat menganggap produk tersebut tidak berbahaya dibandingkan rokok, padahal pada faktanya produk tersebut memiliki risiko yang sama.

3. Kurangnya Kepedulian dan Kesadaran Masyarakt 

Laksmiati A. Hanafiah, Ketua III Yayasan Jantung Indonesia dan Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau, mengungkap Kedaruratan ancaman bahaya tembakau sebenarnya sudah sering diinformasikan kepasa masyarakat, namun kesadaran dan kepedulian terhadap hal ini sampai sekarang masih dirasakan kurang. Terbukti dengan makin tingginya konsumsi tembakau di kalangan perokok muda, perokok baru sebagai dampak maraknya iklan gaya hidup dari kalangan industri rokok yang menyesatkan, seperti merokok itu keren.

4. 70% perokok Berasal dari keluarga miskin

Ternyata sebagian besar perokok sekira 70 persen berasal dari keluarga miskin dan usia produktif. Hal ini menyedihkan, karena seharusnya uang yang diginakan untuk membeli rokok bisa dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman yang berguna untuk keluarga. Faktanya, perokok bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang di sekelilingnya yang menjadi perokok pasif dan third hand smoker, yaitu mereka yang bersentuhan dengan benda-benda yang terkena paparan asap rokok.

5. Harga rokok murah dorong meningkatnya konsumsi rokok

Murahnya harga rokok di Indonesia mendorong tingginya konsumsi, sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan konsumsi rokok adalah dengan meningkatkan harganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

loading...

Pages