INFO.ID – Sudah merupakan
rahasia umum bahwa merokok merupakan salah satu kegiatan yang mengundang pro
dan kontra dikalangan masyarakat maupun kalangan peneliti. Akan tetapi
berdasarkan data kesehatan milik WHO, sedikitnya tujuh juta orang meninggal setiap tahunnya di
dunia karena konsumsi tembakau. Ini menjadi salah satu alasan digalang aksi
protes mengenai rokok di seluruh dunia.
WHO juga menyebutkan bahwa
jumlah perokok di dunia akan terus bertambah
tiap harinya. Dan dit tahun 2025, diprediksi akan ada 10 juta kematian tiap tahunnya akibat
rokok.
Di Indonesia sendiri, terdapat 3,9 juta anak di usia 10 dan 14 tahun yang jadi
perokok setiap tahun, itu baru satu fakta miris soal perokok di Indonesia.
Padahal, rokok bisa mengakibatkan berbagai penyakit, seperti penyakit jantung
dan kanker paru-paru.
Berikut ini adalah 5 fakta Mengenai Rokok yang INFO.ID rangkum dari Berbagai Sumber
1. Dana Rp6,5 triliun untuk 7 juta kasus penyakit jantung
Berdasarkan data
BPJS, negara menggelontorkan dana Rp6,5 trilium pada periode Januari-September
2017 untuk membiayai 7 juta kasus penyakit jantung di Indonesia. Jumlah kasus
penyakit jantung pada 2017 bertambah bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada
2016 yang hanya 6,5 juta kasus. Fakta ini menunjukkan penyakit jantung
menempati peringkat tertinggi pembiayaan penyakit karastropik di Indonesia.
2. Produk tembakau lain sama berbahayanya dengan rokok
Produk olahan
tembakau tidak hanya rokok saja yang berbahaya. Bidis, cerutu dan shisha pun
memiliki dampak penyakit kardiovaskular akut yang sama dengan rokok, termasuk
penyempitan pembuluh darah jantung, meningkatnya denyut jantung, dan curah jantung.
Selama ini masyarakat menganggap produk tersebut tidak berbahaya dibandingkan
rokok, padahal pada faktanya produk tersebut memiliki risiko yang sama.
3. Kurangnya Kepedulian dan Kesadaran Masyarakt
Laksmiati A.
Hanafiah, Ketua III Yayasan Jantung Indonesia dan Ketua Harian Komnas
Pengendalian Tembakau, mengungkap Kedaruratan ancaman bahaya tembakau
sebenarnya sudah sering diinformasikan kepasa masyarakat, namun kesadaran dan
kepedulian terhadap hal ini sampai sekarang masih dirasakan kurang. Terbukti
dengan makin tingginya konsumsi tembakau di kalangan perokok muda, perokok baru
sebagai dampak maraknya iklan gaya hidup dari kalangan industri rokok yang
menyesatkan, seperti merokok itu keren.
4. 70% perokok Berasal dari
keluarga miskin
Ternyata
sebagian besar perokok sekira 70 persen berasal dari keluarga miskin dan usia
produktif. Hal ini menyedihkan, karena seharusnya uang yang diginakan untuk
membeli rokok bisa dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman yang berguna
untuk keluarga. Faktanya, perokok bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi
juga orang di sekelilingnya yang menjadi perokok pasif dan third hand smoker,
yaitu mereka yang bersentuhan dengan benda-benda yang terkena paparan asap
rokok.
5. Harga rokok murah dorong meningkatnya konsumsi rokok
Murahnya harga rokok di Indonesia mendorong tingginya konsumsi,
sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan konsumsi rokok
adalah dengan meningkatkan harganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar