![]() |
Patung Jendral Kebanggaan Negara Korea, Jendral Yi Sun-Shin |
ID-INFO.ID - Yi Sun-shin merupakan
seorang laksamana angkatan laut Kekaisaran Korea yang hidup di masa Dinasti
Joseon. Dia diebut pahlawan karena menghadang invasi Jepang.
Dia menjadi terkenal karena berhasil membendung armada Kekaisaran Jepang
dengan sejarawan militer menyandingkan Yi bersama Laksamana Horatio Nelson asal
Inggris sebagai komandan laut terhebat dunia.
Namanya diabadikan antara lain dalam bentuk film, literatur, hingga
permainan video seperti Mobile Legends: Bang Bang hingga Age of Empires II.
Jendral Yi Sun-Shin Dalam Games Mobile Legends : Bang Bang Bang |
Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari laksamana
yang belum pernah mengecap kekalahan selama berhadapan dengan AL Jepang itu.
Yi lahir pada 28 April 1545 di Jalan Geoncheon-dong, Hanseong (kini
Seoul, ibu kota Korea Selatan), dan berasal dari keluarga bangsawan Klan Deoksu
Yi. Saat kecil, Yi sering bermain perang-perangan dengan anak sebayanya.
Dalam usia yang masih sangat belia, dia sudah menunjukkan talenta
kepemimpinan mumpuni. Kemudian saat remaja, dia sudah bisa membentuk busur
maupun anak panah sesuai dengan yang dikehendakinya. Yi juga menjadi siswa yang
pintar di membaca dan menulis Hanmun.
Pada 1576, Yi lulus dari gwageo atau ujian. Konon, dia memukau para
pengujinya ketika ujian memanah. Namun, Yi mematahkan kakinya ketika mengikuti
ujian kavaleri. Setelah lulus, Yi ditempatkan di Bukbyeong (Pasukan Garis Depan
Utara) yang berlokasi di Provinsi Hamgyeong.
Saat itu, Yi merupakan perwira junior berusia 32 tahun. Meski begitu,
dia telah menunjukkan kemampuan memimpin hebat ketika bertahan melawan kawanan
perampok Jurchen. Bahkan pada 1583, dia menangkap pemimpinnya, Mu Pai Nai.
Sayangnya, kegemilangan Yi malah menimbulkan kecemburuan dari atasannya.
Dipimpin Jenderal Yi Il, terdapat sebuah teori konspirasi yang menuduh Yi
melakukan desersi. Yi segera dicopot dari pangkatnya, disiksa, dan kemudian
dipenjara sebelum dibebaskan.
Bebas, dia masih diizinkan bergabung sebagai prajurit tamtama. Namun,
kecemerlangan Yi membuatnya kembali naik pangkat. Dia dipromosikan sebagai
Komandan Hunryeonwon (pusat pendidikan militer), kemudian dipindah sebagai
hakim militer.
Performanya membuatnya diganjar promosi sebagai Komandan Provinsi
Jeolla, Komandan Garnisun Wando, maupun Komandan Distrik Angkatan Laut Jeolla
Kiri. Jabatan terakhir yang diembannya adalah komandan di Yeosu pada 13 Maret
1591.
Meski tak punya dasar AL, Yi mampu membentuk armada tangguh yang dipakai
membendung Jepang.
Pada 23 Mei 1592, daimyo (tuan tanah besar) Jepang era Sengoku, Toyotomi
Hideyoshi, mengerahkan bala tentaranya dan menghantam Semenanjung Korea. Saat
itu, sasarannya adalah Korea yang diperintah Dinasti Joseon dan China yang
berada dalam kekuasaan Dinasti Ming.
Korea berusaha membendung Jepang dengan kekuatan lautnya. Di sinilah
nama Yi menjadi termasyhur. Total, dia memenangkan 23 perang melawan AL Jepang.
Di antara kisahnya yang terkenal adalah Perang Myeongnyang dan Pertempuran
Pulau Hansan.
Ketika pasukan Toyotomi menyerang Busan, Yi segera memberangkatkan
armadanya dari markas mereka di Yeosu. Meski berpengalaman dalam pertempuran
laut, Yi memperoleh banyak kemenangan.
Di antaranya adalah Pertempuran Okpo dan Pertempuran Sacheon yang
membuat para jenderal Negeri "Matahari Terbit" mulai khawatir akan
ancaman di perairan. Hideyoshi kemudian menambah jumlah armada kapal perang
menjadi 1.700 unit setelah gagal menyewa kapal galleon Portugis demi
mengamankan dominasi laut.
Meski kalah jumlah, Yi tetap bisa mengusir AL Jepang. Terdapat sejumlah
alasan. Di antaranya Yi rajin mengecek kesiapan pasukannya dan melakukan
perubahan sesuai kebutuhan. Kemudian dia juga membangun Geobukseon atau Kapal
Kura-kura.
Dia juga pintar memanfaatkan kawasan pantai selatan Korea, laut pasang,
hingga terusan sempit sebagai senjatanya. Prestasinya itu membuatnya diganjar
titel Samdo Sugun Tongjesa atau Komandan Angkatan Laut 3 Provinsi. Gelar yang
dipakai para komandan AL Korea hingga 1896.
Pada 15 Desember 1598, armada Jepang di bawah pimpinan Shimazu Yoshihiro
Teluk Sachon yang berlokasi di timur Terusan Noryang.
Kedatangannya sudah diketahui Yi. Berbekal 82 Panokseon (kapal cepat),
8.000 pasukan, dibantu dengan 7.600 pasukan Ming di bawah kendali Laksamana
Chen Lin, mereka pun menghantam Jepang.
Peperangan yang terjadi pada 16 Desember 1598 pukul 02.00 dini hari itu
memberikan kemenangan bagi pasukan gabungan Joseon dan Ming, serta membuat
Jepang mundur. Saat Jepang mundur itulah, Yi memerintahkan pengejaran.
Nahas, sebuah peluru yang ditembakkan pasukan Jepang mengenai ketiak
kiri dan membuatnya menderita luka fatal. "Perang ini tengah mencapai
puncaknya. Tabuhlah genderang perangku, dan jangan sekali-kali mengabarkan
kematianku," begitulah ucapan Laksamana Yi sebelum meninggal.
Jenazah Yi sempat ditaruh di kabin kapal dengan Yi Wan, sang keponakan,
mengenakan baju zirah pamannya dan menabuh genderang perang guna memberi
semangat.
Jenazah sang panglima laut itu lalu dibawa ke kampung halamannya di
Asan untuk dimakamkan di sebelah ayahnya, Yi Jeong. Kuil pun dibangun untuk
menghormatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar